Senin, 20 Mei 2013

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BIOKIMIA


Ilmu biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang organisme hidup. Sedangkan ilmu kimia merupakan ilmu tentang struktur kimia benda-benda, sifat-sifat senyawa dan reaksi-reaksi yang terjadi dengan hubungannya dengan benda lain serta perubahan energinya. Dari kedua sudut pandang ilmu tersebut melahirkan suatu disiplin ilmu yang disebut Biokimia yang merupakan suatu disiplin ilmu yang membicarakan tentang organisme hidup dengan proses-proses kimia yang terjadi di dalamnya. Ruang lingkup biokimia antara lain meliputi studi tentang struktur kimia sel, sifat-sifat senyawanya, senyawa-senyawa yang membantu aktivitas organisme hidup, dan energi yang diperlukan atau dihasilkan, serta reaksi kimia yang terjadi di dalam sel yang disebut metabolisme yang merupakan bagian yang penting dan pusat perhatian dalam ilmu biokimia.
            Biokimia diterapkan pertama kali barangkali sekitar 5000 tahun yang lalu dalam pembuatan roti menggunakan khamir. Namun, dalam sejarah biokimia itu dapat dilihat dari beberapa abad. Abad XVIII Karl Wilhelm Scheele, meneliti susunan kimia serta mengisolasi asam oksalat, asam laktat, asam sitrat, beberapa ester dan kasein dari bahan alam. Pada tahun 1828, Friedrich Wohler menerbitkan buku tentang sintesis urea, yang membuktikan bahwa senyawa organik dapat dibuat secara mandiri di laboratorium dengan memanaskan alkali sianat dengan garam amonium dari zat yg berasal benda mati. Hal ini bertolak belakang dengan pemahaman bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat oleh organism yang diyakini pada waktu itu. Perkembangan biokimia diawali dengan penemuan yang dilakukan oleh Anselme Payen pada tahun 1833 yang menemukan pertama kali molekul enzim, diastase. Sedangkan, Edward dan Hans Buchner membuktikan bahwa ekstrak dari sel ragi yang rusak atau mati, tetap dapat menyebabkan terjadi proses peragian yang memungkinkan dilakukannya analisis reaksi biokimia dan proses–proses biokimia. Kemudian Istilah biokimia pertama kali dikemukakan oleh Karl Neuber, seorang kimiawan Jerman pada tahun 1903, yang sejak saat itu biokimia semakin berkembang, terutama sejak pertengahan abad XX, dengan ditemukannya strukrur DNA & RNA, lemak, protein, vitamin, struktur & sifat protein, serta teknik-teknik baru seperti kromatografi difraksi sinar X, elektroforesis, pelabelan radio isotop, mikroskop elektron, dan simulasi dinamika molekular. Abad XX, penemuan , enzim sbg biokatalis, metode analisis, metabolisme KH , struktur primer/sekunder/tersier/kuarterner,
            Saat ini, penemuan-penemuan biokimia digunakan di berbagai bidang, mulai dari pertanian, perikanan, farmasi hingga kedoketran. Penerapan Biokimia metabolisme sel telah banyak dipelajari.

TANIN


A.    Definisi Tanin
Tannin adalah zat, pahit polyphenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan kering pada mulut dengan konsumsi anggur merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh. Selain itu, "Tannin" merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensi.. Istilah tannin merujuk pada Penggunaan tannin dalam penyamakan hewan yang tersembunyi pada kulit; Namun, istilah ini secara luas dirujukan untuk setiap polyphenolic besar kompleks yang mengandung cukup hydroxyl dan lainnya sesuai kelompok (seperti carboxyl) kuat untuk membentuk kompleks dengan protein dan lainnya macromolecule. Kata tannin berasal dari praktek historis menggunakan tanin yang ditemukan di kulit pohon ek untuk kulit tan, meskipun di dunia modern, sintetis biasanya digunakan untuk tujuan ini sebagai gantinya.

B.     Sifat Tanin
Salah satu sumber daya alam di Indonesia yang cukup potensial dan belum dimamfaatkan secara optimal adalah tanin. Tanin merupakan salah satu komponen zat organik yang sangat kompleks, berbentuk serbuk putih atau kecoklatan, atau mempunyai rasa spesifik (sepet). Tanin dapat mengendap dengan larutan gelatin, aluminium dan protein sehingga banyak digunakan dalam penyamakan kulit. Tanin bertindak sebagai pengawet dan mellows, membantu anggur tumbuh ke dalam kompleksitas dan menjadi benar-benar luar biasa. Tannin memiliki berat molekul dari 500 hingga 3,000. Tannins bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat, besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi yang kuat dan sulfat seng. Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp.
Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makin tinggi.

C.    Identifikasi Tanin
Telah diteliti fitokimia ekstrak kulit batang salam (Syzygium polyanthum (Wight)Walp., Myrtaceae) dan aktivitas ekstraknya dalam menghambat xantin oksidase. Simplisia ini mengandung senyawa tanin terkondensasi dan steroid/triterpenoid. Kandungan utama ekstrak etanol adalah tanin terkondensasi dengan kadar 82,7 % b/b. Uji degradasi dengan asam hidroklorida-n-butanol menunjukkan bahwa tanin tersebut adalah prodelfinidin. Uji aktivitas ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak air dari ampas ekstrak etanol dan masing-masing ekstrak bebas tanin tidak menunjukkan penghambatan aktivitas xantin oksidase.
Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
Isolasi
Ekstraksi secara refluks dengan pelarut etanol dan air sebanyak tiga kali. Ampas ekstraksi etanol dikeringkan dan diekstraksi dengan air secara refluks disebut ekstrak AAE. Ekstrak air dikeringkan dengan cara pengering bekuan.Ekstrak etanol dipekatkan dengan penguap putar vakum. Rendemen ekstrak air 17,1 %, ekstrak etanol 19,6 %, ekstrak AAE 4,8 %. Ekstrak air, etanol, dan AAE dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel GF254 dengan pengembang kombinasi etil asetat-metanol dan etil asetat-metanol-asam asetat dan kromatografi kertas menggunakan kertas Whatman no.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), Forestal, dan asam asetat berbagai konsentrasi. Keduanya tidak menghasilkan pemisahan yang baik. Kadar tanin ditentukan terhadap ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE dan simplisia. Kadar tanin (%) dihitung dengan persamaan:

T1- (T2-T0)500

Dengan W adalah berat simplisia/ekstrak dalam gram. T1 adalah jumlah bahan yang terekstraksi, T2 jumlah bahan yang terekstraksi dalam campuran filtrat uji dan blanko. T0 adalah jumlah bahan yang terekstraksi dalam blanko. Diperoleh kadar tanin simplisia kulit batang salam 12,8 %, ekstrak etanol 82,7 % (terbesar), ekstrak air 65,5 % dan ekstrak AAE 27,1 %. Ekstrak etanol difraksinasi secara KCV menggunakan fase diam silika gel H-60 dan pelarut pengelusi sintem landaian etil asetat-metanol (100:0 dan 0:100), diperoleh 21 fraksi. Fraksi dipantau dengan KLT menggunakan pelat silika gel GF254, pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1) dan penampak bercak besi (III) klorida 1 % dalam metanol. Fraksi dengan pola kromatogram sama disatukan diperoleh fraksi A-C. Fraksi C diisolasi dengan kromatografi kertas pengembang 50 %, n-butanol-asam asetat-air (4:1:5), dan Forestal, penampak bercak besi (III) klorida dan vanillin-HCL menghasilkan bercak berekor dinamakan isolat berwarna coklat. Identifikasi isolat menggunakan spektrofotometri ultraviolet-sinar tampak. Deteksi gula menggunakan pereaksi Molisch dengan hasil negatif. Uji reaksi pemutusan ikatan dilakukan dengan cara pemanasan pada suhu 95 0C selama dua jam dengan campuran HCL-n-butanol (95:5) menunjukkan perbedaan Rf dan warna bercak. Larutan merah ungu hasil pemutusan ikatan isolat berwarna coklat dilakukan reaksi asam basa dengan menambahkan air sehingga membentuk dua fase, menunjukkan warna merah ungu yang diduga sebagai antosianidin. Pembandingan jenis tanin pada kulit batang dan daun salam dilakukan berdasarkan reaksi pengendapan tanin terhadap gelatin, warna yang terbentuk pada pemutusan ikatan, dan pola kromatogram kertasnya. Ekstraksi daun salam secara refluks dengan pelarut etanol 95 % sampai ekstraktan tidak berwarna. Ekstraksi pelarut air sebanyak tiga kali pengulangan dihasilkan ekstrak AAE berwarna coklat. Masing-masing ekstrak dipantau dengan pereaksi untuk penapisan flavonoid dan tanin. Ekstrak etanol mengandung tanin terkondensasi dan flavonoid. Sedangkan ekstrak AAE hanya mengandung tanin terkondensasi. Pemantauan ekstrak AAE menggunakan KLT pengembang etil asetat-metanol-asam asetat (6:14:1), penampak bercak asam sulfat 10 % dalam metanol, besi (III) klorida 1 % dalam metanol dan aluminium klorida 5 % dalam metanol menunjukkan bercak berekor tunggal yang merupakan tanin terkondensasi, dinamakan isolat coklat. Isolat coklat direaksikan dengan gelatin 4 % (b/v) dalam air menghasilkan endapan berwarna coklat. Identifikasi tanin pada kulit batang daun salam dilakukan dengan metode yang sama pada daun salam. Larutan coklat menunjukkan serapan maksimum pada panjang gelombang 277 nm. Uji deteksi gula tidak terbentuk cincin merah ungu, menunjukkan adanya antosianidin. Pemutusan ikatan larutan coklat diperoleh larutan berwarna merah tua dan dipantau dengan kromatografi kertas Whatman No.1 dengan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Pola kromatogram menunjukkan 2 bercak berwarna merah muda dan jingga pada Rf 0,39 dan 0,53. Isolasi larutan merah tua dilakukan pada kromatografi kertas Whatman No.3 dan pengembang n-butanol-asam asetat-air (4:1:5). Isolat zat warna coklat dari kulit batang salam mengandung prodelfinidin (tanin terkondensasi) dan antosianidin. Tanin yang terkandung dalam kulit batang salam berbeda dengan yang terkandung dalam daun salam.
Uji Farmakologi
Uji xantin oksidase dilakukan pada enam ekstrak yaitu ekstrak air, ekstrak etanol, ekstrak AAE, dan masing-masing ekstrak yang telah dibebaskan dari tanin. Nilai hambat kerja xantin oksidase ditentukan dari penurunan jumlah asam urat yang terbentuk pada suhu kamar. Nilai KH50 ditentukan dari konsentrasi ekstrak yang dapat menghambat kerja xantin oksidase sebanyak 50%. Volume akhir pengukuran ini adalah 2 mL. Larutan dapar fosfat pH 7,4 sebanyak 1,6 mL, 20  µL xantin 100  µM dalam dapar fosfat pH 7,4 dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan enzim xantin oksidase 0,1 unit, inkubasi selama 15 menit, diukur serapannya dalam panjang gelombang 295 nm. Kontrol dapar fosfat, pembanding alopurinol dalam DMSO dengan konsentrasi sama dengan sampel. Nilai KH50 Alopurinol pada konsentrasi 2,14  µg/mL. Nilai KH50 semua ekstrak dengan konsentrasi lebih besar dari 10  µg/mL. Ekstrak kulit batang salam tidak menunjukkan aktivitas penghambatan xantin oksidase.

D.    Letak Tanin pada Tanaman
Tannin adalah suatu zat yang ditemukan dalam berbagai tanaman. Di alam, tanin banyak terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan seperti pada pohon bakau, pinus, teh, gambir, dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang banyak mengandung tanin adalah kulit kayu, daun, akar, dan buahnya (Suprijati, 1999).Tannin ini terutama ditemukan secara alami terjadi pada buah anggur, daun teh, dan ek. Tannin ditemukan dalam kulit, biji, dan batang anggur. Anggur yang difermentasi selama masih kontak dengan bagian-bagian ini anggur - anggur merah - menyerap sejumlah tannin, yang meminjamkan karakter yang berbeda pada anggur. Karena tannin dalam biji anggur terutama keras, anggur biasanya dilumatkan daripada ditekan, untuk meminimalkan penyerapan benih berbasis tannin. Anggur juga banyak menyerap sebagian tanin dari tong kayu ek mereka berusia di, yang meminjamkan bumbu tambahan anggur.

E.     Kegunaan Tanin
Tanin digunakan secara luas dalam industri, antara lain industri minuman, tanin digunakan untuk mengendapkan serat-serat organik dan menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam bahan. Tannin merupakan sangat penting untuk kompleksitas anggur dan seberapa baik itu akan usia sepanjang waktu. Tanin tinggi cenderung usia anggur terbaik untuk jangka waktu yang lama, seperti yang terbuat dari Cabernet Sauvignon, Nebbiolo, dan Syrah anggur. Anggur yang memiliki banyak tanin di dalamnya ketika muda sering terlihat membakar, menciptakan sensasi kekeringan di mulut, terutama langit-langit mulut.
Paling tannic anggur menyebabkan mulut untuk mengerut, yang bukan merupakan pengalaman yang menyenangkan. Dibuat dengan baik, anggur tannin tinggi, yang mungkin hampir undrinkable ketika muda, dapat menjadi sebuah karya dari anggur di kemudian hari. Yang mengatakan, banyak anggur yang terlalu tannic, dan pada saat astringency mereka memudar, anggur akan telah berlalu perdana. Satu hal yang dapat membantu dengan anggur yang memiliki jumlah yang tinggi tanin adalah untuk menggabungkan mereka dengan tinggi lemak dan protein makanan. Susu idealnya cocok peran ini, membantu untuk melunakkan tepi tajam tannin. Ini adalah salah satu alasan mengapa begitu banyak orang menambahkan teh susu yang kuat, yang juga sangat tinggi tannin. Bagus keju atau saus krim yang hangat dapat mengubah anggur yang sekilas tampak terlalu tannic ke pasangan yang sempurna. Secara umum, kecenderungan terhadap winemaking adalah tannin wine dengan kurang dari lima puluh tahun yang lalu. Anggur ini lebih mudah untuk minum pada saat pembelian atau dalam waktu singkat atau dua tahun setelah membeli mereka, sehingga lebih sesuai untuk pasar anggur global baru. Untuk menjadi baik-bulat di dunia anggur, bagaimanapun, itu adalah ide yang baik untuk sampel sejumlah tannin tinggi anggur, untuk mencicipi nuansa bahwa zat ini dapat menambahkan. Mereka ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar. Mereka dibagi ke dalam dua grup, tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin kondensasi.
Tannin mungkin dibentuk dengan kondensasi derivatif flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman. Tannin mungkin juga dibentuk dengan polimerisasi unit quinon. Telah diindikasikan bahwa konsumsi minuman yang mengandung tannin, terutama teh hijau dan anggur merah dapat mengobati atau mencegah sejumlah penyakit.
Banyak aktivitas fisiologik manusia, seperti stimulasi sel-sel fagositik, host-mediated tumor activity, dan sejumlah aktivitas anti-infektif telah ditetapkan untuk tannin. Salah satu aksi molekul mereka adalah membentuk kompleks dengan protein melalui kekuatan non-spesifik seperti ikatan hidrogen dan efek hidrofobik sebagaimana pembentukan ikatan kovalen. Cara kerja aksi antimikrobial mereka mungkin berhubungan dengan kemampuan mereka untuk menginaktivasi adhesin mikroba, enzim, protein transport cell envelope. Mereka juga membentuk kompleks dengan polisakarida.
Pada tahun 1996, paling sedikit 1.300 coumarin telah teridentifikasi. Mereka dikenal terutama karena aktivitas antitrombotik, antiinflamatori, dan vasodilatori. Warfarin yang merupakan salah satu coumarin telah digunakan sebagai antikoagulan dan rodentisida. Ia mungkin juga memiliki efek antiviral. Coumarin secara in vitro dapat menghambat Candida albicans.
Sebagai suatu grup, coumarin telah ditemukan dapat menstimulasi makrofag, yang dapat memiliki efek negatif tidak langsung pada infeksi. Lebih spesifik, coumarin telah digunakan untuk mencegah infeksi oleh HSV-1 pada manusia. Asam hidroksisinnamat yang berhubungan dengan coumarin terlihat memiliki efek inhibtori terhadap bakteri gram positif. Fitoaleksin yang merupakan derivatif terhidroksilasi dari coumarin telah diproduksi dalam wortel sebagai respons terhadap infeksi fungsi, dan ia dapat diasumsikan memiliki aktivitas antifungsi.
Kandungan senyawa tanin pada buah cranberry memiliki khasiat anti pembekuan darah, dan mampu mengurangi infeksi saluran kencing serta plak gigi, sekaligus dapat pula digunakan untuk mencegah radang gusi (gingivitis).
Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghum bicolor).
Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas.
Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A.1998.Mengnal Beberapa Anti-nutrisi. indobic. biotrop.org/ berita_detail. php? id_berita=124. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id/detail.php?id=103.

.Anonim B.2009.Tannin.http://id.wikipedia.org/wiki/Tannin.

Sukrasno, dkk.2005. Detail Penelitian Obat Bahan Alam. http://bahan-alam.fa.itb. ac.id /detail.php?id= 103.Diakses pada tanggal 22 Oktober 2009.

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Paper  ini akan memusatkan paparan dalam berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologi, sosiolagis, hukum, sejarah, serta ekonomi, . Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
A. LANDASAN PENDIDIKAN
1. Landasan Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
Ø  Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts) atau bahan ajar esensial.
Ø  Perenialisme
Perensialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Ø  Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang menentang pendidikan tradisional.
Ø  Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2. Landasan Sosiolagis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiolagi  pendidikan meliputi empat bidang:
Ø  Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Ø  hubungan kemanusiaan.
Ø  Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
Ø  Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
Sosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1.  Imitasi2.  Sugesti3.  Identifikasi4.  Simpati
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1.  Gagasan2.  Ideologi3.  Norma4.  Teknologi5.  BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1.  Kesenian2.  Ilmu3.  KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1.  Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2.  Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3.  Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
4. Landasan Psikologis
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien. Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a.   Psikologi Perkembangan    Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 1988)1.     Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2.    Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok3.    Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1.    Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.2.    Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3.   Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4.   Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b.   Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1.        Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2.     Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3.     Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4.     Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5.     Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6.     Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7.     Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8.     Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke  dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
b. Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.
b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.” 
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki  Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
1.      Perubahan cara berfikir
2.      Kemasyarakatan
3.      Aktivitas
4.      Kreativitas
5.      Optimisme
8. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut :
1.      Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2.      Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3.      Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4.      Usaha-usaha lain, misalnya : a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakat, b. Menjual hasil karya nyata anak-anak, c. Membuat bazaar, d. Mendirikan kafetaria, e. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anak, f. Mencari donator tetap, g. Mengumpulkan sumbangan, h. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.
B. ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara  asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1.  Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø  Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø  Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Ø  Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24). 
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik. 
2.  Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Ø  Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Ø  Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya.
 Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
 Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia:
(1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya,
(2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal,
(3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; dan
(4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
Keadaan yang Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang: (1) usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi, (2) usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri , (3) usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan, (4) usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani, (5) pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk: (a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b) menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya, (7) usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur, (8) usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga, (9) usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental. 
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni (1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, (2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya, (3) peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya, (4) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri, (5) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

Daftar Pustaka
http://www.idonbiu.com/2009/05/asas-asas-pendidikan-umum.html. Diakses

Anonim B.2009.Pengertian Pendidikan.//raflengerungan.wordpress.com/pengertian-pendidikan/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.

Berau,Syamsul.2007.Landasan Pendidikan.//syamsulberau.wordpress.com/author/syamsulberau. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.

Landasan dan Asas-Asas Pendidikan serta Penerapannya. //fatamorghana. wordpress.com/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.

Qym.2009.Asas-Asas Pendidikan dan Penerapannya. //qym7882.blogspot.com/2009/03. asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.