Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.Landasan dan asas tersebut
sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan
manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut
adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang
peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah
dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Paper ini akan memusatkan paparan dalam berbagai
landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis,
kultural, psikologis, ilmiah dan teknologi, sosiolagis,
hukum, sejarah, serta
ekonomi, . Sedangkan asas yang dikaji adalah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian
dalam belajar.
A. LANDASAN
PENDIDIKAN
1. Landasan
Filososfis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan
dalam filsafat pendidikan, meyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme,
Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan
Ekstensialisme
Ø Esensialisme
Esensialisme
adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik (liberal arts)
atau bahan ajar esensial.
Ø Perenialisme
Perensialisme adalah
aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan (perenial) yakni
kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
Ø Pragmatisme dan Progresifme
Prakmatisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai kegunaan
praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
Ø Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b. Pancasila
sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidkan Nasional
Pasal 2 UU RI
No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan
UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
2. Landasan Sosiolagis
a. Pengertian
Landasan Sosiologis
Dasar
sosiolagis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial
dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiolagi pendidikan meliputi empat bidang:
Ø Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Ø hubungan kemanusiaan.
Ø Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
Ø Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
b. Masyarakat
indonesia sebagai Landasan Sosiologis Sistem Pendidikan Nasional
Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Hal tersebut sangatlah wajar, mengingat kebutuhan akan pendidikan
semakin meningkat dan komplek.
Berbagai upaya
pemerintah telah dilakukan untuk menyesuaikan pendidikan dengan perkembangan
masyarakat terutama dalam hal menumbuhkembangkan KeBhineka tunggal Ika-an, baik
melalui kegiatan jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, Sejarah
Perjuangan Bangsa, dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4 nonpenataran)
Sosial mengacu kepada hubungan antar
individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah
ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun
sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada
pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak
adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan
mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan
Pendidikan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari
interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial.
Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1.
Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati
3. Landasan
Kultural
a. Pengertian
Landasan Kultural
Kebudayaan dan
pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke
generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.
Anggota
masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai denga
perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nlai-nilai, dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju
pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim
digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga
pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
b. Kebudayaan
sebagai Landasan Sistem Pendidkan Nasional
Pelestarian dan
pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan
sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal
ini harsulah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan
bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
Kebudayaan dan
PendidikanKebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran
Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1)
norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan
(3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen
kebudayaan sebagai berikut :1. Gagasan2.
Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar menjadi lengkap,
perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1. Kesenian2.
Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu
:1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan
daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan
sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya
rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
4. Landasan
Psikologis
a. Pengertian
Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman etrhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu,
hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam
bidang pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada
setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum
perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan
dijadikan garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar
yang digariskan.
b. Perkembangan
Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman
tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien. Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri
adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh
alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali
kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a.
Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan
tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana
Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan
individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki
ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan
diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan
ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai
pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara
itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa
perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 1988)1. Masa
kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan
binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan
masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12
tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah
umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi
BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai
hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan
bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada
orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai
berikut :1. Kontiguitas, memberikan
situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang
diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2.
Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau
dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3.
Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk
mempertahankan dan menguatkan respon itu.4. Motivasi
positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia
materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6.
Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk
belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7. Ada
strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8.
Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor
dalam pengajaran.
5. Landasan
Ilmiah dan Teknologis
a. Pengertian
Landasan IPTEK
Kebutuhan
pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk mengadopsinya
teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan
haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan
demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut
menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
b. Perkembangan
IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan
salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik,
yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga pendidikan, utamanya
pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan mengantisipasi
perkembangan iptek. Bahan ajar sejogjanya hasil perkembangan iptek mutahir,
baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara memproleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
6. Landasan Hukum
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari
atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku
yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila
dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku
pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu,
dalam hal ini kegiatan pendidikan.
a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang
Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal,
yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang
satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap
warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi :
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada
Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional
Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.
b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan NasionalTidak
semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal
penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan
untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat
7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang –
Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar
1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori –
teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia,
tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal
1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi
tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya
dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga
Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan
mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan,
penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar.”
7. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah
pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara
Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup
panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan
pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang
berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang
hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad
Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK,
1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch
Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih
dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di
Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri
sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik
nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan
Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke
dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan
semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang
sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada
waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama
Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan
diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM
MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri,
dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar
pendidikan yaitu :
1.
Perubahan cara berfikir
2.
Kemasyarakatan
3.
Aktivitas
4.
Kreativitas
5.
Optimisme
8. Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang
sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi
disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat
besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar
dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana
pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu
lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias
digali adalah sebagai berikut :
1.
Dari pemerintah dalam bentuk
proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya
ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2.
Dari kerjasama dengan instansi lain,
baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk
proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan
bersama.
3.
Membentuk pajak pendidikan, dapat
dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya.
Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah
setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan
membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4.
Usaha-usaha lain, misalnya : a. Mengadakan seni pentas keliling
atau dipentaskan di masyarakat, b. Menjual hasil karya nyata anak-anak, c. Membuat
bazaar, d. Mendirikan kafetaria, e. Mendirikan took keperluan personalia
pendidikan dan anak-anak, f. Mencari donator tetap, g. Mengumpulkan
sumbangan, h. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.
B. ASAS-ASAS
POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan
merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat
beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan
itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas
Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1.
Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti
dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini
ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
Ø Ing Ngarso Sung
Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø Ing Madyo
Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Ø Tut Wuri
Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan
nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang
dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari
depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan
baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki
Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era
kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas
pendidikan nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24).
Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk
melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa
ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar Dewantara, 1962:59). Hal itu
tidak menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan
yang dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada
pendidik sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami anak tersebut bersifat mendidik.
Menurut asas tut wuri handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan
syarat paksaan, (2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna:
momong, among, ngemong (Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung
arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan agar anak didik dapat
mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti
mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita
harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada
saat anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en
vrede), (4) pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan
menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di
atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik.
2. Asas
Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar
sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
Ø Dimensi
vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa
depan.
Ø Dimensi
horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan
martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri
dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia
Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu
keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi
kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang
lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi
kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan
seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan
dan keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan
rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan
rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani,
(2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang,
pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah,
(3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan
pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia
selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat sesuai dengan
keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan generalisasi; manusia
selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki
orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia
Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga
negara Indonesia:
(1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan
kemandirian sepanjang hidupnya,
(2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat
bersifat formal, informal, non formal,
(3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai
bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh
menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945; dan
(4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses
pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu
dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk ulur
tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas
kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator
dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih
kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
Keadaan
yang Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang: (1) usaha pemerintah memperluas kesempatan
belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta
didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan
formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai
jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi, (2) usaha pemerintah dalam
pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua jalur, jenis,
dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan
pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah
air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun
diluar negeri , (3) usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan
isi pendidikan agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan, (4) usaha pengadaan dan
pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang belajar,
perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani, (5) pengadaan buku ajar yang
diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang bertujuan untuk:
(a) meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup
bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar, (b) menunjang
tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya, (7) usaha pengadaan berbagai
program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran
jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa
dan bernegara, kepribadian dan budi luhur, (8) usaha pengadaan berbagai program
pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatanolahraga untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga, (9)
usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan
beberapa keadaan yang ditemui sekarang, yakni (1) peserta didik mendapat
kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang diminatinya di sema
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai
peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas
pendidikannya sendiri, (2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk
memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya, (3) peserta didik
memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki program
pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya, (4) peserta
didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan
untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang
agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri, (5) peserta didik di daerah
terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar
dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai
jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)
Daftar
Pustaka
Anonim B.2009.Pengertian Pendidikan.//raflengerungan.wordpress.com/pengertian-pendidikan/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Berau,Syamsul.2007.Landasan Pendidikan.//syamsulberau.wordpress.com/author/syamsulberau. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009.
Hartoto. 2008. Landasan dan Asas-Asas Pendidikan
serta Penerapannya. //fatamorghana. wordpress.com/. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2009.
Qym.2009.Asas-Asas
Pendidikan dan Penerapannya. //qym7882.blogspot.com/2009/03.
asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html. Diakses pada tanggal 5
Desember 2009.